Di tengah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menunjukkan optimisme tentang potensi pertumbuhan pasar saham Indonesia. Ia meyakini bahwa IHSG dapat mencapai level 9.000 pada akhir tahun ini, yang dianggapnya sebagai target yang realistis.
Purbaya mengungkapkan keyakinannya bahwa pertumbuhan ini akan didukung oleh program-program ekonomi yang sedang dijalankan. Dengan dasar yang kuat, beliau percaya bahwa perubahan signifikan dalam ekonomi akan segera terlihat.
Melihat masa depan, Purbaya juga memperkirakan IHSG dapat mencapai angka yang lebih tinggi lagi, yakni 35.000 pada tahun 2035. Prediksi ini didasarkan pada analisis siklus bisnis yang telah terjadi di Indonesia selama ini.
Optimisme Pertumbuhan IHSG di Tahun Depan dan Tahun-tahun Selanjutnya
Purbaya menjelaskan bahwa siklus bisnis di Indonesia cenderung berulang setiap 7 hingga 10 tahun. Dalam pengamatannya, IHSG telah melalui banyak fase, mulai dari level rendah di tahun-tahun awal hingga mencapai rekor yang lebih tinggi dalam waktu yang relatif singkat.
Di samping itu, penting untuk mencatat bahwa situasi saat ini berbeda, dengan tantangan global yang mungkin mempengaruhi performa pasar. Namun, beliau percaya bahwa langkah proaktif pemerintah dapat memacu pertumbuhan lebih lanjut.
Kondisi Terkini IHSG yang Mengalami Penurunan
Walaupun ada optimisme dari Menteri Keuangan, tidak dapat dipungkiri bahwa IHSG mengalami penurunan signifikan. Pada tanggal 17 Oktober 2025, indeks turun sebesar 209,1 poin atau 2,57%, mencapai level 7.915,66.
Mayoritas saham berada di zona merah, menandakan tekanan yang dialami oleh banyak sektor. Dalam satu hari, tercatat 617 saham turun, sementara hanya 135 yang mengalami kenaikan.
Nilai transaksi di pasar juga menunjukkan aktivitas yang cukup tinggi, mencapai Rp 27,95 triliun dengan volume transaksi yang melibatkan 39,2 miliar saham. Namun, hal ini tidak mencegah sejumlah besar kapitalisasi pasar merosot menjadi Rp 14.746 triliun.
Persepsi Pasar terhadap Sektor Energi dan Utilitas
Sektor energi dan utilitas menjadi yang paling terdampak oleh penurunan ini. Keduanya mencatat penurunan yang cukup dalam dengan masing-masing nilai anjlok 6,71% dan 5,51%. Hal ini menunjukkan kekhawatiran investor terhadap kinerja sektor ini ke depan.
Beberapa perusahaan besar seperti Raharja Energi Cepu (RATU) dan Dian Swastatika Sentosa (DSSA) juga mengalami koreksi yang cukup signifikan. Keberlangsungan industri energi di dalam dan luar negeri menjadi perhatian utama bagi banyak investor saat ini.
Purbaya menekankan perlunya pemulihan sektor ini agar IHSG dapat kembali bergerak positif. Melalui kebijakan yang tepat, dia berharap dapat mendukung pertumbuhan sektor-sektor yang terpuruk ini.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Sentimen Pasar Saham
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pasar saat ini adalah sentimen global, khususnya yang berkaitan dengan sektor perbankan di Amerika Serikat. Munculnya kekhawatiran seputar stabilitas yang ada, telah memberikan dampak yang tidak kecil pada pasar saham domestik.
Begitu juga, ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat semakin memperburuk situasi. Dengan kondisi ini, banyak investor cenderung menunggu sebelum mengambil keputusan investasi lebih lanjut.
Analisis dari pakar terpercaya menunjukkan bahwa potensi perbaikan mungkin akan terjadi jika tidak ada perkembangan negatif lebih lanjut di sektor perbankan. Namun, ketidakpastian dalam hubungan internasional tetap menjadi faktor penghambat utama.