Upaya pencarian dan penyelamatan korban dari reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, memasuki hari ketujuh. Basarnas menegaskan bahwa mereka tidak akan menghentikan operasi meskipun situasi semakin menantang dan waktu semakin terbatas.
Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas RI, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menyampaikan komitmen untuk terus melanjutkan pencarian hingga semua korban ditemukan.
“Operasi pencarian hari ketujuh berlangsung sesuai dengan aturan dan kami akan melanjutkannya semaksimal mungkin,” kata Bramantyo saat kunjungannya di posko SAR Gabungan.
Bramantyo menambahkan bahwa upaya perekrutan tim SAR dilakukan selama 24 jam nonstop. Semua personel dikerahkan untuk memastikan tidak ada korban yang terlewatkan dalam pencarian ini.
Hingga sore, total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 149 orang, termasuk 104 orang yang selamat, sedangkan 45 sudah dipastikan meninggal dunia.
Dari angka 45, dua di antaranya hanya berupa potongan tubuh. Jenazah korban telah dikirim ke RS Bhayangkara di Surabaya untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Proses Pencarian Korban di Lokasi Runtuhan
Pelaksanaan pencarian di reruntuhan ini dilakukan oleh tim SAR yang terlatih dan didukung oleh berbagai lembaga. Bramantyo mengungkapkan bahwa setiap langkah diambil dengan hati-hati untuk menjamin keselamatan tim dan meminimalisir risiko lebih lanjut.
Tim SAR dibagi menjadi beberapa sektor untuk mempercepat pencarian dan memastikan setiap area telah diperiksa secara menyeluruh. Upaya ini diharapkan dapat menemukan korban sesegera mungkin.
Selama pencarian, alat berat juga dikerahkan untuk membantu mengangkat puing-puing bangunan yang runtuh. Tim menggunakan berbagai teknologi, termasuk alat deteksi guna menemukan korban yang terjebak.
Pemerintah setempat memberikan dukungan penuh dalam hal logistik dan sumber daya manusia. Koordinasi antara Basarnas, kepolisian, serta relawan sangat penting dalam situasi mendesak ini.
Walaupun cuaca menjadi tantangan, tim terus melanjutkan pencarian tanpa mengenal lelah. Mereka memahami betapa pentingnya misi ini bagi keluarga dan teman-teman yang menunggu dengan harapan.
Dampak Tragedi dan Respon Komunitas
Apa yang terjadi di Pondok Pesantren Al Khoziny adalah tragedi yang menyentuh banyak orang, termasuk masyarakat sekitarnya. Ratusan santri yang berada di lokasi saat kejadian tengah melaksanakan Salat Ashar, sehingga jumlah korban sangat tinggi.
Komunitas setempat berbondong-bondong datang untuk memberikan dukungan kepada keluarga korban. Masyarakat mengadakan doa bersama dan berbagai kegiatan lain guna memberikan semangat bagi para penyelamat.
Di tengah kesedihan ini, banyak pihak yang menunjukkan kepedulian, termasuk lembaga kemanusiaan. Mereka berdatangan untuk memberikan bantuan berupa makanan dan kebutuhan pokok bagi keluarga yang terkena dampak.
Kepedulian masyarakat menciptakan rasa solidaritas yang kuat, di mana semua orang merasa terhubung. Mereka meyakini bahwa bersama-sama mereka akan lebih kuat dalam menghadapi tragedi ini.
Meskipun situasi sulit, banyak yang berharap agar semua proses pencarian berjalan lancar. Keluarga korban terus berdoa agar anggota mereka yang hilang bisa segera ditemukan dan dikembalikan kepada mereka.
Pentingnya Kesiapsiagaan dan Pembangunan Berkelanjutan
Kejadian runtuhnya gedung di Ponpes Al Khoziny mengingatkan kita akan pentingnya keamanan dalam konstruksi bangunan. Banyak yang meragukan standar keselamatan yang diterapkan dalam proyek pembangunan semacam itu.
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana merupakan suatu keharusan bagi setiap institusi, terutama yang melibatkan banyak orang. Pembangunan yang berkelanjutan harus mempertimbangkan aspek keselamatan, terutama di area yang rawan bencana.
Ke depannya, pemerintah dan pengelola lembaga pendidikan diharapkan lebih serius dalam menerapkan protokol keselamatan. Ini sangat penting demi mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.
Langkah-langkah evaluasi dan audit terhadap keamanan bangunan perlu dilakukan secara rutin. Ini termasuk memperhatikan kualitas bahan bangunan serta desain yang sesuai dengan standar keselamatan.
Pendidikan mengenai keselamatan dan kesiapsiagaan juga harus diberikan kepada santri dan staf pengajar. Hal ini bertujuan agar semua pihak lebih siap menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi.
