Kepala dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Panyandaan, Setia Wiguna M, mengungkapkan proses produksi makanan Makan Bergizi Gratis yang disalurkan ke sejumlah sekolah. Kasus keracunan massal yang terjadi di SMPN 1 Cisarua pada Selasa lalu menggugah perhatian banyak pihak terkait proses ini.
Dalam penjelasannya, Setia menegaskan bahwa makanan dimasak pada malam hari. Hal ini dilakukan untuk memenuhi target distribusi yang harus dilakukan sebelum fajar menyingsing.
“Kami mulai memasak sekitar pukul sebelas malam untuk memastikan makanan siap distribusi pada jam tiga pagi,” lanjutnya, merinci betapa pentingnya ketepatan waktu dalam penyediaan makanan yang sehat.
Dalam proses tersebut, setiap porsi makanan membutuhkan perhatian khusus, mulai dari pemilihan bahan hingga teknik memasaknya. Setia memastikan bahwa semua langkah diambil untuk menghindari masalah di kemudian hari.
Proses Produksi Makanan di SPPG Panyandaan
Dapur SPPG Panyandaan memiliki jam operasional yang cukup ketat, melayani ribuan porsi setiap harinya. Setia menjelaskan bahwa pada hari kejadian, mereka menyediakan makanan untuk 3.649 porsi.
Panjang rantai pasokan diatur dengan baik, melibatkan tiga pemasok bahan baku. Ini termasuk beras, telur, dan daging ayam, yang sangat krusial dalam penyiapan makanan sehat bagi siswa.
Masalah muncul saat daging ayam yang digunakan dikabarkan memiliki bau yang tidak sedap. Setia mengonfirmasi bahwa evaluasi terus dilakukan untuk menentukan penyebabnya. “Kami terus memantau kondisi bahan baku yang datang ke dapur,” tegasnya.
Meski ada keraguan terkait kualitas bahan, Setia berusaha memastikan bahwa semua bahan baku dalam kondisi baik sebelum diolah. “Kami tidak akan menggunakan daging yang tidak memenuhi standar,” ujarnya dengan tegas.
Evaluasi Dan Tindak Lanjut Pasca-Keracunan
Menyusul kejadian keracunan ini, dapur SPPG Panyandaan bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Proses pelatihan untuk mendapatkan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi direncanakan pada 21 Oktober mendatang.
Setia mengakui pentingnya sertifikasi ini dalam meningkatkan kualitas pelayanan. “Kami sudah memulai prosedur untuk mendapatkan sertifikat tersebut,” katanya dengan penuh harapan agar nantinya dapur dapat beroperasi dengan lebih baik.
Menu yang disediakan pada hari tersebut terdiri dari nasi putih, ayam black pepper, tahu goreng, tumis brokoli, dan buah melon. Menu ini diharapkan memenuhi gizi siswa, namun sayangnya justru menyebabkan keracunan pada ratusan siswa.
Tanggapan Bupati Bandung Barat Mengenai Kasus Ini
Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, menjelaskan bahwa kejadian ini merupakan kejadian serupa kedua kalinya di wilayahnya. Menyikapi situasi tersebut, ia belum memutuskan untuk menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Menurutnya, pemulihan lebih cepat dibandingkan insiden sebelumnya menjadi salah satu alasan untuk tidak menetapkan status KLB. “Fokus kami adalah menangani pasien dengan cepat dan efisien,” tuturnya, menjelaskan prioritas pemerintah setempat.
Jeje juga mengaku belum sempat meninjau dapur SPPG Panyandaan secara langsung. “Saya ingin memastikan semuanya baik-baik saja dan prosedur berjalan dengan baik,” katanya, menunjukkan komitmennya untuk memperbaiki situasi. Namun, untuk sementara waktu, ia mengisyaratkan bahwa dapur mungkin harus dihentikan operasionalnya sampai evaluasi lengkap dilakukan.
Keputusan untuk menghentikan operasional dapur menunjukkan keseriusan dalam menangani masalah ini. Ujian bagi dapur SPPG Panyandaan adalah besar, dan harapan untuk perbaikan sangat diperlukan agar hal serupa tidak terulang.
Dengan adanya penjelasan ini, diharapkan semua pihak dapat lebih memahami kompleksitas yang terlibat dalam penyediaan makanan bagi siswa. Kesehatan dan keselamatan anak-anak harus menjadi prioritas utama.