Kebakaran yang terjadi di Gedung Terra Drone di Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, telah menewaskan 22 orang dan menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga para korban. Pada tanggal 9 Desember, pihak RS Polri Kramat Jati berhasil mengidentifikasi tiga jenazah dari total korban tersebut, memberikan sedikit kelegaan bagi keluarga yang berharap mendapatkan jawaban mengenai nasib orang terkasih mereka.
Proses identifikasi dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, termasuk pemeriksaan sidik jari dan rekam medis. Brigjen Prima Heru dari RS Polri menjelaskan bahwa identifikasi ini penting untuk memberikan kepastian kepada keluarga yang telah menunggu dengan cemas.
Menurut penjelasan Prima, tidak dilakukan autopsi yang mendalam terhadap jenazah, hanya pemeriksaan luar. Kemungkinan penyebab kematian ditelusuri dari gas karbondioksida yang dihirup saat kebakaran terjadi, yang mengindikasikan adanya bahaya dari asap yang dihasilkan oleh api yang membakar lantai gedung.
Detail Identifikasi Korban Kebakaran yang Mengguncang Jakarta
Brigjen Prima mengungkapkan bahwa tiga korban yang telah teridentifikasi adalah Rufaidha Lathiifunnisa (22), Novia Nurwana (28), dan Yoga Valdier Yaseer (28). Semua korban teridentifikasi menggunakan sidik jari, catatan medis, serta barang-barang pribadi mereka.
Proses yang dilakukan oleh pihak RS Polri mencakup pembandingan data dari rekam medis dan sidik jari yang telah tersimpan sebelumnya. Ini adalah metode yang umum digunakan dalam identifikasi korban kebakaran untuk meminimalisir kesalahan dalam penentuan identitas.
Keluarga dari korban merasakan beratnya situasi ini, terutama saat berharap dapat melihat kembali dan memberi penghormatan terakhir kepada orang-orang tercinta mereka. Pengertian bahwa proses identifikasi berlangsung dengan hati-hati menjadi titik harapan bagi mereka.
Penyebab dan Kronologi Kebakaran di Gedung Terra Drone
Kebakaran yang terjadi diduga berawal dari sebuah baterai yang terbakar di lantai 1 gedung. Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro, menjelaskan bahwa setelah beberapa waktu, api mulai menyebar dan situasinya menjadi semakin kritis ketika sejumlah karyawan yang sedang istirahat terjebak dalam keadaan darurat.
Saat kejadian, sekitar pukul 12.30, beberapa karyawan telah berusaha memadamkan api tetapi tidak berhasil. Asap dan api menyebar dengan cepat, mengancam keselamatan banyak orang yang berada di dalam gedung pada saat itu.
Ini menjadi pengingat pahit bahwa keselamatan di ruang kerja harus selalu menjadi prioritas utama. Mengingat pentingnya prosedur evakuasi dan penyebaran informasi yang jelas dalam situasi darurat, pihak berwenang telah menyerukan agar semua instansi memperketat protokol keselamatan di tempat kerja.
Dampak Kebakaran Terhadap Masyarakat dan Tindakan Manajemen Risiko
Insiden kebakaran ini tidak hanya menyebabkan kerugian materi tetapi juga mengganggu kehidupan banyak orang. Dengan total 76 korban dalam insiden tersebut, sebanyak 54 orang berhasil selamat, namun trauma dan kerugian yang dialami dapat bertahan lama.
Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengingatkan pentingnya memiliki kesadaran yang lebih baik mengenai risiko kebakaran, terutama di gedung-gedung bertingkat. Hal ini mencakup pelatihan rutin untuk karyawan agar mereka tahu cara bereaksi dengan cepat dan efektif dalam situasi darurat.
Kebakaran ini juga mendorong diskusi publik tentang perlunya renovasi dan perbaikan pada infrastruktur bangunan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Sebuah peninjauan terhadap standar keselamatan gedung di seluruh Jakarta perlu dilakukan agar masyarakat merasa lebih aman.
