Virus Baru di China – Sebuah virus baru yang disebut Wetland Virus (WELV) ditemukan oleh ilmuwan di China. Virus ini menyebar melalui gigitan kutu dan berpotensi menyebabkan masalah pada otak. Gejala yang disebabkan oleh WELV meliputi demam, sakit kepala, pusing, nyeri otot, kelelahan, serta gangguan neurologi.
Kasus pertama dilaporkan pada seorang pria berusia 61 tahun di Mongolia pada tahun 2019. Pria tersebut mengalami demam berkepanjangan serta gangguan fungsi organ. Namun, penelitian terkait virus ini baru dipublikasikan minggu lalu di The New England Journal of Medicine. Tim peneliti dari Institut Mikrobiologi dan Epidemiologi Beijing berhasil mengisolasi virus tersebut dan mengidentifikasinya sebagai Wetland Virus.
Wetland Virus Menyerang 17 Pasien dengan Gejala Serupa
Berdasarkan laporan, Wetland Virus (WELV) juga terdeteksi pada 17 pasien lainnya yang mengalami gejala serupa, termasuk demam, sakit kepala, dan muntah-muntah. Beberapa pasien juga menunjukkan tanda petechiae, yaitu bintik-bintik kecil pada kulit akibat perdarahan kapiler.
Salah satu pasien yang tidak diungkap identitasnya mengalami demam dan muntah lima hari setelah kunjungannya ke sebuah taman, seperti yang dikutip dari New York Post, Kamis (12/9/2024). Hal ini menambah kekhawatiran akan penyebaran virus yang dapat memicu komplikasi serius pada otak dan organ vital lainnya.
Wetland Virus: Kemiripan dengan Demam Berdarah Krimea-Kongo
Wetland Virus (WELV) memiliki kemiripan dengan demam berdarah Krimea-Kongo, yang menyebabkan gejala seperti demam, muntah, diare, dan perdarahan kulit. Dalam kasus terparah, virus ini dapat menyebabkan gagal hati. Penelitian juga menunjukkan bahwa RNA dari virus ini ditemukan pada lima spesies kutu yang berbeda, serta pada hewan seperti domba, kuda, babi, dan hewan pengerat di wilayah timur laut China.
Percobaan pada tikus dan hamster menunjukkan bahwa virus ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan kematian. Namun, diagnosis WELV bisa menjadi sulit karena gejalanya mirip dengan penyakit lain yang tidak spesifik.
Menurut laporan dari News.com Australia, peneliti mengatakan, “Kasus tersebut meningkatkan pengawasan dan deteksi untuk orthonairovirus yang baru muncul akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang efek virus ini terhadap kesehatan manusia.”
Penelitian ini didanai oleh National Natural Science Foundation of China dan Chinese Academy of Medical Sciences Innovation Fund for Medical Sciences. Siapa pun yang mengalami gejala setelah digigit kutu diimbau segera menghubungi tenaga medis.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.